24.12.08

Dilema pendidikan 2

Dunia pendidikan tak kan bisa lepas dari individu-individu yang berkopentent ini dari anak didik dan pendidik yang notabene di pandang profesional. Tetapi mengapa sering terjadi penyimpangan dalam proses pendidikan, bukankah mendidik itu merupakan proses mendewasakan manusia /intelektual muda untuk siap menghadapi segala tantangan dalam hidupnya. Tapi begitu banyak siswa yang menyalah artikan wajib belajar 9 tahun. Mereka merasa punya hak untuk mengenyam pendidikan dasar dan musti selesai/lulus karena itu program pemerintah, bahkan sebagian orang tua juga begitu. Sehingga siswa jadi merasa menang/besar kepala dan bertingkah melawan pendidik karena walau begitu juga masih naik dan lulus. Inilah salah satu sebab terjadinya tindak kekerasan dalam dunia pendidikan kita. Pendidik keras (dalam arti dengan kekerasan) sudah bukan jamannya lagi, tidak keras dilecehkan anak karena tetap harus tamat wajar 9 tahun. Tapi semua itu pasti akan kembali ke pendidik entah apapun alasannya. Salah siapa kah ini ? Ini lah lingkaran yang bikin kita pening, marilah kita konsentrasi bersama-sama untuk mendewasakan anak didik .

17.12.08

Apakah Ini Ilegal Loging?

Orang-orang yang melakukan penebangan pohon-pohon di dalam hutan (di kebanyakan negara) hanyalah untuk dijadikan kayu bakar atau membuka lahan pertanian baru. Pepohonan di hutan hujan berfungsi menahan air hujan di dalam tanah dan membersihkan udara untuk kita bernafas. Tetapi hutan yang gundul di beberapa negara-negara beriklim tropis akan mudah disapu air apabila hujan lebat yang bisa mengabiskan sumber ikan di pantai dan bisa mengubah tanah menjadi padang pasir. Di negara Haiti hutannya hijaunya tinggal 5%, juga di beberapa negara lainnya, bahkan lebih sedikit lagi. Sedangkan pohon tertinggi di dunia adalah redwood yang tingginya 113 meter, di AS.

15.12.08

Dilema dunia pendidikan 1.

Berbicara masalah pendidikan tidak lepas dari input, proses dan Out putnya, proses dunia pendidikan dalam mendewasakan anak dalam segala aspek kehidupan, sekarang ini semakin rancu. Mengapa demikian ? Ini tak lepas juga dari kebijakan pemerintah mengenai wajib belajar 9 tahun. Ataukah salah pen terjemahan dari para ahli yang berkopenten. Keharusan wajar 9 tahun otomatis memaksa sekolah pendidikan dasar untuk menerima input tanpa adanya seleksi ,dan di haruskan selesai wajar nya. Bahkan saat ini sangat di butuhkan hasil proses dunia pendidikan yang cakap teknologi seiring kemajuan jaman, maka akan semakin beratlah dunia pendidikan kita apalagi kalau dunia politik juga meng intervensi sehingga muncul pertanyaan :akan seperti apakah pendidikan kita ?Dan akan di bawa kemana pendidikan kita ?Pendidikan seperti apa yang kita cari ? Ini muncul dengan seringnya berganti kurikulum bahkan rapot juga ikut . Yuk kita jalani dengan pikiran yang realistis dan sabar .

Matematika Pengacara

Seorang insinyur, ahli fisika, dan seorang pengacara, tengah diwawancarai untuk menduduki posisi manajer operasional pada sebuah perusahaan besar.

Si insinyur diwawancarai pertama kali. Ia diharuskan menjawab serangkaian pertannyan, yang diakhiri dengan pertannyaan, "Berapakah dua ditambah dua?"

Si insinyur langsung mohon diri untuk keluar sebentar. Ia sibuk mengukur dan mengkalkulasi. Setelah selesai, ia kembali ke ruangan wawancara, dan menjawab, "Empat."

Kesempatan berikutnya adalah si ahli fisika. Ia pun diharuskan menjawab serangkaian pertanyaan, yang diakhiri pertanyaan yang sama, "Berapakah dua ditambah dua?"

Sebelum menjawab, sama seperti si insinyur, ia mohon diri untuk keluar sebentar. Ia langsung pergi ke perpustakaan untuk melakukan riset.

Setelah berkonsultasi ke sana-sini dan membuat kalkulasi yang men-jelimet, akhirnya ia kembali ke ruangan wawancara, dan menjawab, "Empat."

Kesempatan terakhir adalah si pengacara. Dan lagi-lagi, pertanyaan terakhirnya adalah, "Berapakah dua ditambah dua?"

Si pengacara langsung menutup semua gorden di ruangan itu, setelah sebelumnya melihat keluar apakah ada orang lain yang memperhatikan. Ia juga memeriksa semua saluran telepon. Akhirnya dengan setengah berbisik ia menjawab, "Terus terang aja, Anda maunya berapa?" .

Sumber : inilah.com

14.12.08

Kekerasan Media Mengarah Kenakalan Remaja

Apa jadinya dunia pendidikan Indonesia bila tiap hari media selalu menyuguhi berbagai berita tentang kekerasan. Tawuran antar pelajar, kerusuhan, demontrasi besar-besaran. Perkelahian antar pelajar, mahasiswa, masyarakat dan berbagai tindak anarkhis lainnya adalah konsumsi yang rutin menjadi santapan remaja Indonesia. Masa remaja adalah masa dimana seorang anak beranjak mencari jati diri dengan mencari figur yang bisa dijadikan contoh atau teladan . Selama ini terkadang remaja lebih berkiblat mencari contoh atau idola dari media, seperti televisi. Apa jadinya bila contoh yang didapat tidak memberikan keteladanan ? Artis-artis idola yang dijadikan panutan tidaklah semuanya pantas untuk dicontoh, namun dari mereka inilah remaja mengambil referensi dalam berpakaian, berbicara, berdandan dan bertingkah laku. seorang anak yang bicara jauh dari sopan dengan orang tuanya adalah tontonan yang biasa didalam sinetron ABG di televisi, anak SD yang sudah mengenal dunia pacaran, sudah mengenal trik-trik kejahatan untuk menghancurkan lawannya, yang notabene adalah kawan sekolahnya. Pelecehan terhadap si miskin dari si kaya, dan tokoh-tokoh guru yang bloon yang selalu jadi bahan olok-olokan siswa dikelas, itulah yang setiap hari jadi referensi remaja dalam mencari jati dirinya. Sungguh ironis dan menyedihkan.